Anand Krishna Ungkap Rahasia Yoga Secara Holistik dalam Buku Yoga Sutra Patanjali
Buku “Yoga Sutra Patanjali Bagi Orang Modern” buah karya Anand Krishna adalah merupakan buku panduan Yoga yang mendalam, cocok untuk para praktisi dan instruktur Yoga. Dimana di dalam buku ini dibahas dan dikupas secara mendalam terkait dengan filosofi Yoga sehingga Yoga tidak hanya menjadi gerakan akrobatik belaka melainkan menjadi gaya hidup.
Banyak mutiara hikmah yang terkandung di dalam buku ini, semua diungkap secara gamblang dalam bahasa sederhana oleh Anand Krishna.
Berikut ini sedikt kutipan dari buku “Yoga Sutra Patanjali Bagi Orang Modern” buah karya Anand Krishna, mari kita simak bersama-sama . . . .
“Atau, dengan memusatkan citta, benih pikiran dan perasaan, pada seseorang yang telah bebas dari keterikatan pada obyek-obyek (indrawi).”
Sutra-sutra semacam ini sangat mengganggu psikis kita yang sudah sangat terpengaruh, sudah terlanjur terpengaruh oleh ide individualitas, oleh ide ego-pribadi – yang sesungguhnya adalah bersifat ilusif.
HOLA YANG BERADA DI RUMAH SAKIT JIWA menegur Bola yang datang menjenguknya, “Kamu kenapa masih di rumah sakit jiwa, bergabunglah dengan saya di sini, dengan orang-orang sehat. Nanti, terlalu lama Bersama orang-orang gila, kamu bias jadi gila juga lho!”
Bola agak kaget, “agak”, karena pikir punya, Hola kau gila, dia nggak sadar. Pikir dia saya yang gila.
Ternyata dalam ketidakwarasannya itu, indra ke enam, ke tujuh…ke tujuhbelas Hola – semua – malah berkembang, “Hei pikir apa kau, Bola? Kau piker aku gila? Bola, Bola, bukan aku. Justru kau yang gila, Bola.”
Maka, Bola terpancing untuk menanggapi Hola, untuk meluruskan kedudukannya, “Hola…. sobatku, sadarilah ketidakwarasanmu. Kau yang berada di rumah sakit jiwa. Ini rumah sakit. Sementara itu, aku berada di luar, di dunia luar, dunia orang waras.”
Hola tertawa terbahak-bahak, “Ya, ya, ya, orang gila memang selalu menganggap dirinya waras. Memang ada orang gila yang menganggap dirinya waras. Memang ada orang gila yang menganggap dirinya gila? Kasihan kau Bola, kasihan deh.”
BOLA MENJADI SANGAT BINGUNG. Hola terdengar sungguh-sungguh meyakinkan. Apa iya justru aku yang gila? Pikir Bola lagi.
Baru muncul pikiran Bola itu, Hola langsung berteriak “Hahaha, aku sudah menangkap pikiranmu Bola, sohibku…
“Betul Bola, kau gila. Sebab itu, tinggalkan dunia gila itu, bergabunglah Bersama saya di Rumah Sehat ini.”
Bola mulai meyakini apa yang dikatakan oleh Hola, “Tapi Hola, katakana bagaimana kau bias menyimpulkan kalua duniaku sekarang ini gila, dan justru tempat ini adalah Rumah Sehat?”
“Sederhana Bola, sederhana sekali.”
“Orang buta pun bias merasakan. Apalagi aku dan kamu bias melihat, bias menyaksikan ketidakwarasan di luar.”
“Pikirkan, dalam 24 jam terakhir saja sudah berapa kali kau memasang dan melepaskan topengmu? Bersama bos, pakai topeng karyawan yang sudah patuh, baik. Topeng penjilat. Bersama istri, si Boli, kau memasang topeng suami yang setia. Bersama simpananmu, si Joli, topengmu lain lagi. Itu kan gila, Bola!”
“Di sini nggak ada topeng-topengan. Mau teriak, ya teriak. Mau kentut, ya kentut bebas, nggak usah ditahan-tahan segala. Duniamu ini dunia topeng, Bola. Di sini dunia bebas topeng.”
COBA ANDA RENUNGKAN KATA-KATA HOLA. betul nggak? Ada betulnya, kan?! Bahkan sesungguhnya betul. Kita semua – well, mayoritas – hidup di dunia ini dengan bertopeng, dengan berganti topeng setiap saat. Adakah yang hidup tanpa topeng?
Ada.
Tidak banyak. Hanya segelintir. Tapi ada. Nah, Patanjali menasihati kita:
“Jika kau bertemu dengan orang seperti itu, dengan seseorang yang hidup tanpa topeng, maka contohlah kehidupannya. Pusatkan kesadaranmu padanya.
“Perhatikan gaya hidupnya.”
“Pelajari pola hidupnya, dan tiru.” Demikian maksud sutra ini.
PATANJALI SEDANG MENYENTIL EGO KITA. Ia sedang menunjukkan bila selama ini kita tidak lebih baik daripada Bola. Bola masih bias memakai dan melepaskan topengnya, kita tidak bias. Topeng kita terpakai terus, tidak oernah lepas. Di atas satu topeng, kita memakai topeng yang lain. Belum pula lepas topeng ke tiga, sudah memakai topeng ke empat.
Berlapis-lapis topeng identitas palsu menutupi wajah kita. Ketika bercermin pun, yang terlihat adalah wajah bertopeng topeng. Wajah asli sudah tertimbun di bawah topeng social, topeng ekonomi, topeng akademi, topeng kepercayaan, topeng profesi, dan masih banyak topeng-topeng lain.
Nah, jika belum bias melepaskan topeng; jika masih sangat terikat dengan topeng, maka pusatkan perhatianmu pada seseorang yang tidak bertopeng. Jika belum bisa melihat wajah-diri yang asli, lihatlah wajah-asli seseorang yang tidak bertopeng. “Seperti itulah wajahmu! Sekarang tentukan pilihan, mau hidup bertopeng seperti badut, atau mau melepaskannya!”
“MEMUSATKAN KESADARAN PADA SESEORANG YANG TIDAK LAGI TERIKAT dengan objek-objek indrawi” tidak berarti hanya memandangnya atau memujanya. Tidak. Melihat orang yang tidak bertopeng mesti menggelisahkan diri kita. “Celaka tiga belas setengah, tolol aku, selama ini bertopeng melulu, sampai lupa wajahku tanpa topeng seperti apa!” Kemudian dengan bekal kesadaran ini, lepaskan topeng-topeng yang selama ini menutupi wajah kita.
Patañjali mengidentifikasikan bahan baku tropeng-topeng yang selama ini kita gunakan. Ia menyebutnya keterikatan atau raga, yang bias juga diartikan sebagai ketertarikan.
BERARTI, BARU TERTARIK SAJA, kita sesungguhnya sudah memakai topeng. Tertarik pada seseorang lawan jenis, tingkah laku kita langsung berubah.
Hola boleh berusia 67, tetapi ketika bertemu dengan seorang gadis berusia 17, ia pun menganggap dirinya berusia sama. “Beda tipis!”
Bola mengingatkan, “Hola, beda 50 tahun itu bukan beda tipis. Tipis dari mana?”
Hola melakukan kalkulasi cepat, “Bola, dari apa yang kamu sebut 50 tahun, kurangi dulu dengan hari-hari libur dan Sabtu-Minggu, kurang lebih 130-an hari atau 4,5 bulan setiap tahun, kali 50 tahun. Berarti, sisa 33 tahun. Kurangi lagi dengan waktu tidur, mandi, kakus segala – taruhlah 12 jam sehari – berarti setengah dari 33 tahun, sisa 16-an tahun.”
Bola pusing tujuh keliling, “Hola, Hola, kamu tidak sadar? Taruhlah sesuai kalkulasimu, kan masih ada perbedaan 16 tahun. Itu beda tipis?”
Hola menjawab spontan, “Kamu tidak menghitung waktu yang kusia-siakan Bersama Holi? Lima belas tahun menikah, kemudian ia lari sama sopir…. Enam belas minus lima belas, sisa satu, ya setahunb. Beda setahun, beda tipis!”
PERHATIKAN JUMLAH TOPENG YANG DIPAKAI HOLA! Dan topeng pertamanya adalah Topeng-Ketertarikan, Rāga.
Begitu indra kita tertarik pada sesuatu, makai a pun menawarkan topeng kepada kita. Dan kita memakainya tanpa berpikir Panjang. Ketertarikan indra pada pemicu-pemicu di luar, pada segala sesuatu yang merangsang, adalah awal mula dari hidup bertopeng.
Sekali melayani satu indra saja, maka tak henti-henti setiap indra menagi sesuatu, menagih terus. Ketertarikan terjadi pada level citta, benih pikiran daan perasaan. Jika dilayani, akan mengkristal menjadi keterikatan pada level manah atau mind, gugusan pikiran dan perasaan.”
Pertemuan dengan seseorang yang sudah bebas dari Vīta Räga Vīsayam, dari ketertarikan maupun ketidaktertarikan pada obyek-obyek duniawi, adalah berkah yang sungguh sangat langka.
Bebas dari Ketertarikan-Ketidaktertarikan, pada Benda-Benda, ataupun Kondisi-Kondisi yang dapat Merangsang Indra adalah ciri seorang Sadguru, seorang Pemandu Spiritual yang telah berhasil mengendalikan citta-nya, menghentikan segala gejolak yang dapat terjadi pada benih pikiran dan perasaan.
Bertemu dengan seorang Sadguru, dengan Pemandu seperti ini, menjamin kita tidak akan pernah tersesat dalam perjalanan. Tentu, dengan catatan bila kita mengindahkan panduannya.
Bagaimana?
Sangat menarik bukan!
Bagi Anda yang tertarik untuk mendalai Yoga, buku “Yoga Sutra Patanjali Bagi Orang Modern” buah karya Anand Krishna ini adalah merupakan bacaan wajib.
Buku Panduan Yoga Untuk Pemula
Bagi Anda yang baru ingin mempelajari tentang Yoga, Anda bisa membaca dan mendalami buku “Kundalini Yoga dalam Hidup Sehari-hari” dimana di dalam buku tersebut Anand Krishna berbagi tentang ilmu Yoga yang dikemas untuk kebutuhan orang modern.
Dijelaskan oleh Beliau bahwa proses terjadinya peningkatan kesadaran disebut “Pembangkitan Kundalini”, yang dengan sendirinya akan memberikan kebugaran pada tubuh, ketenangan pada pikiran, dan ketentraman pada jiwa. Dalam proses itu, potensi manusiawi Anda berlipat ganda dan Anda akan menjadi semakin kreatif dan waskita.
Sebagaimana gerak roda dalam jam tangan menggerakkan roda-roda lainnya, proses kebangkitan Kundalini ini melewati beberapa tahap dan berkesinambungan. Yang paling penting adalah upaya pertama untuk meningkatkan kesadaran kita. Setelah itu, mekanisme alam bekerja sendiri.
Latihan-latihan merupakan pelumas, untuk mencairkan karat emosi terpendam dan pikiran liar yang merintangi kita untuk mencapai tingkat kesadaran yang setinggi-tingginya. Dan latihan yang dipaparkan di sini dikembangkan dari tradisi Yoga yang menuntun Anda memasuki 7 etape pengembangan chakra dengan ilustrasi Vyayam : 8 Latihan Pemanasan, Pranayama : 6 Latihan Pernapasan, dan Asana : 19 Postur Yoga.