Anand Krishna Jelaskan Tentang DMT dan Pengalaman Spiritual dalam Buku Kearifan Mistisisme
Dalam buku “Kearifan Mistisisme – Panduan Untuk Menyelaraskan Diri Dengan Semesta Dan Menyerap Suara Yang Maha Ada” Anand Krishna tokoh spiritual humanis Indonesia mengupas tentang Mistisisme dalam kerangka spiritual, banyak pesan kebijaksanaan spiritual yang Beliau sampaikan di dalam buku tersebut.
Selain membahas tentang Mistisisme, Beliau mengangkat suatu topik yang sangat menarik terkait dengan DMT dan pengalaman spiritual.
Berikut ini sedikit kutipan dari dalam buku “Kearifan Mistisisme – Panduan Untuk Menyelaraskan Diri Dengan Semesta Dan Menyerap Suara Yang Maha Ada” terkait dengan DMT dan pengalaman spiritual, mari kita simak sejenak . . . . . .
“Tertipu oleh janji kenyamanan palsu
Pemberian dunia ini, orang-orang bodoh
Menggadaikan Jiwa dan membiarkan
Dirinya diperbudak.”
“Celakanya banyak orang memercayai janji-janji palsu seperti itu. Mereka berlomba-lomba untuk menggadaikan Jiwa, bahkan membiarkan dirinya diperbudak.
“Setelah saya teliti, Pak Krishna, ternyata mereka semua mengalami defisiensi DMT. Orang yang memiliki suplai DMT yang cukup tidak pernah tergoda oleh janji palsu. Mereka tidak bisa diperbudak.
***
Percakapan saya dengan Beliau berlangsung cukup intens selama berhari-hari. Banyak hal yang didiskusikan. Sebagian besar menyangkut upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu supaya generasi mendatang “lebih bodoh” dan dapat diperbudak dengan mudah.
Apa yang mereka lakukan untuk mewujudkan rencana jahat mereka, siapakah mereka, di mana mereka berada kiranya, semua itu tidak begitu penting. Yang penting adalah persiapan diri kita masing-masing supaya tidak “terjebak”, tidak “tergoda”, dan “tidak tertipu”! Untuk itu…
Pendidikan formal bukanlah Jaminan bahwa Anda tak akan tertipu dan terjebak dalam permainan kotor para konspirator yang sering kali justru menuduh mereka yang hendak membuka kedok mereka sebagai konspirator. Sering kali kedudukan tinggi yang dimiliki seseorang adalah bagian dari permainan mereka, sehingga dapat dimanfaatkan untuk melayani keserakahan mereka.
Ya, keserakahan. Itulah akar dari segala macam “rencana jahat” dan “permainana kotor” mereka. Dan, dari sudut pandang spiritual, keserakahan adalah produk dari “kebodohan” diri, dari anggapan keliru bahwa kita akan hidup selamanya untuk menikmati timbunan harta yang kita peroleh dengan menghalalkan segala cara.
Yang sangat disayangkan adala banyak “kaki tangan” para konspirator yang tidak paham, tidak sadar bahwa mereka digunakan sebagai alat saja. Mereka diperalat untuk mencapai tujuan tertentu. Ketika tujuan itu tercapai, mereka pun dibuang tanpa sedikit pun perasaan.
Sebagian dari mereka adalah orang-orang berintegritas tinggi, jujur – orang-orang “baik”. Kelemahan mereka, umumnya hanya satu:
Keengganan Mereka Melihat dan Menerima Hidup Seutuhnya. Mereka “mau berpikir positif saja”. Mereka “tidak mau menerima negatifitas”. Padahal, seperti yang sudah sering kita bahas, negatifitas adalah bagian dari hidup sebagaimana positif adanya.
Keadaan ini membuat mereka mudah diperalat. Dengan sangat mudah, otak mereka dapat ditanami sebuah pikiran, “setiap orang yang bicara tentang konspirasi hanyalah memproyeksikan negativitas dirinya. Kamu bukan seperti mereka. Kamu tidak memiliki negatifitas. Kamu 100% positif.”
Spenuhnya terpengaruh oleh “tanaman pikiran” semacam itu, akal sehat mereka tidak bejerja lagi. Mereka terpisah dari “kenyataan hidup” di mana negatifitas dan positifitas ada. Hidup bukanlah sepenuhnya negatif dan bukan pula positif. Hidup adalah kombinasi dari keduanya.
Demikian, terpisah dari kenyataan tersebut dan terjebak dalam positifitas semu, Jiwa mereka melemah. Mereka tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi negatifitas hidup yang mana tidak bisa dinaifkan atau dieliminasi dari kehidupan hanya dengan berpikir positif saja.
Kemudian, dalam keadaan lemah seperti itu, seseorang bisa dibombardir dengan jargon-jargon seperti…
“Do not be Judgemental – janganlah engkau menghakimi. “Petuah yang ada benarnya dalam konteks tertentu ini ditarik kemana-mana sehingga keluar dari konteksnya. “Memilih” pun diartikan sebagai “menghakimi” atau being judgemental.
Apakah seseorang tidak boleh memilih antara tindakan yang tepat dan tidak tepat? Apakah seseorang tidak boleh menghindari pergaulan yang merugikan dirinya? Sayang sekali, dalam keadaan lemah seseorang bisa memercayai apa saja, yang mana lebih melemahkan dirinya. Keadaan ini tentu sangat menguntungkan bagi para calo budak dan majikan mereka. Tapi, sudahlah kita tidak perlu memikirkan mereka, lebih baik mengurusi diri! Lebih baik…
Mengupayakan Pencegahan Diri. Untuk itu, mari kita memberdayakan diri masing-masing supaya dapat bertahan dan mempertahankan kekuatan dan kewarasan diri walau diserang berulang kali oleh kekuatan-kekuatan ketidakwarasan.
Selanjutnya, dialog saya dengan “sahabat” saya rangkum menjadi beberapa point yang penting untuk dipahami dan diteliti kemudian, tergantiung pada kesiapan dan penerimaan diri Anda, untuk ditindaklanjuti!
Tentang Produksi DMT dalam Tubuh: tidak seperti melatonin yang produksinya hanya terjadi dalam keadaan gelap, khuusnya ketika kita sedang tidur lelap, DMT bisa diproduksi kapan saja secara tiba-tiba, tetapi dalam jumlah yang cukup kecil, sehingga selama ini dianggap tidak terlalu signifikan.
Adapun, setelah terproduksi, kelenjar pineal memastikan bahwa zat tersebut langsung tersebar ke seluruh tubuh, seolah kelenjar pineal selalu menunggu produksi DMT untuk segera dibagikan,
Namun, dalam keadaan-keadaan “tertentu”, produksi DMT bisa juga mencapai tingkat maksimal, seolah seluruh badan perludiguyurinya.
Keadaan “Tertentu” Pertama: Saat Kelahiran. Kedua: Pengalaman stress yang luar biasa karena sesuatu hal, suatu pengalaman hidup atau kejadian, termasuk ketiika seseorang mengalami near-death experience (NDE), dalam keadaan sakit keras, koma, atau kecelakaan, ketika ia sudah berada di “ambang” kematian. Ketiga: Saat kematian.
Keadaan-keadaan inilah yang menjadi kendala utama bagi para ilmuwan untuk meneliti DMT dan produksinya dengan menggunakan cara-cara konfensional mereka. Padahal, ada keadaan lain yang dapat memicu produksi DMT sewaktu-waktu. Ya, sewaktu-waktu, kapan saja, dan di mana saja, yaitu:
Keadaan Meditatif. Dalam bahasa sahabat kita: “keadaan meditatif di sini persis seperti yang Pak Krishna selalu definisikan, yaitu seseorang dalam keadaan ceria dan penuh cinta, dalam pengertian ia memiliki rasa empati terhadap sesama mahluk hidup. Dan, semua tindakannya diwarnai rasa empati.
“Dalam keadaan seperti ini, produksi DMT bisa melonjak hingga beberapa kali lipat, sehingga berdampak langsung terhadap perasaan, pikiran, perkataan, dan perbuatan seseorang.
“Dampaknya positif. Seperti Pak Krishna selalu ingatkan, orang seperti itu tidak berpikir positif lagi, ia bersikap positif. Ia melihat hidup secara positif. Ia menghadapi segala negatifitas dalam hidupnya dengan senyuman dan semangat yang luar biasa. Ia tidak menaifkan atau lari dari negatifitas.
Dalam hal ini ada dimensi spiritual yang luput dari penelitian mendalam dari para aintis, wau umumnya mereka tahu tentang dimensi ini. Dimensi spiritual ini ada kaitannya dengan…
Biomagnetic Field. Kita semua tahu tentang adanya listrik di dalam tubuh kita. Jaringan syaraf manusia peris seperti jaringan kabel listrik.
“Setiap gerakan kita, bahkan debaran jantung pun, menimbulkan listrik. Sebagian memang dibutuhkan dan digunakan kembali oleh tubuh sendiri. Elebihnya terbuang. Sebab itu, para saintis sudah menemukan cara untuk memanfaatkannya.
“Penemuan mereka masih belum diebarluaskan secara bebas. Maih digunakan secara terbatas oleh Negara-negara tertentu, khususnya untuk kebutuhan militaer.
“Para pelaku spiritual sudah tahu sejak dulu bahwa listrik didalam tubuh manusia menimbulkan biometric feld – kawasan biomagnetis di sekitar tubuhnya.
“Ini yang Biasa Disebut Aura. Pak Krishna pernah menyampaikan, dan barangkali pernah menulis juga, bahwa yang disebut aura itu seungguhnya hanya kawasan biomagnetis, bukan merupakan inti aura, inti prana, atau inti kehidupan yang seungguhnya. Inti aura sesungguhnya tidak dapat difoto seperti yang banyak dilakukan sekarang. Itu mesti dilihat sendiri oleh yang bersangkutan. Dan, Bapak sudah memberikan caranya.”
Betul. Namun cara untuk “melihat inti aura diri” lagi-lagi mesti melewati pelatihan Pemberdayaan Diri yang diberikan dalam buku ini.
Kamera statis atau software video untuk memotret dan merekam “yang disebut aura” sesungguhnya hanya memotret kawasan biomagnetis yang mengelilingi manusia. Dan, kawasan ini bisa berubah dalam hitungan detik. Prubahan-perubahan terebut disebabkan oleh makanan dan keadaan mood kita saat dipotret. Jadi, sama sekali
Tidak bisa dikaitkan dengan apa yang biasanya diklaim sebagai pembukaan chakra, kundalini, tingkat spiritualitas, dan sebagainya. Spiritualitas, chakra, kundalini, dan sebagainya menyangkut sifat dasar dan karakter manusia, bukan emosi dan pikiran semu atau mood sesaat.
Istilah aura sekarang sudah terlanjur disalahgunakan dan dikaitkan dengan biomagnetic field tersebut, maka terpaksa kita menciptakan istilah baru…
Inti Aura atau the Core Aura. Ini terkait dengan kondisi Jiwa, batin Anda, dan tidak perlu diketahui oleh orang lain. Ibarat dapur di rumah Anda – tidak setiap tamu mesti diundang masuk dapur. Atau, file pribadi yang tersimpan dalam hard disc komputer Anda – apakah setiap orang mesti bisa mengaksesnya?
Bayangkan jika sebuah kamera atau software video bisa merekam core aura Anda! Anda tidak memiliki privacy lagi. Sebab itu, alam memang tidak menghendaki etiap orang eenaknya bisa mengakses batin Anda dan mengetahui segala sesuatu tentang diri Anda. Puji Tuhan, rahasia Anda maih terimpan!
Inti aura ini yang terkait dengan DMT dan spiritualitas. Kembali pada penjelasan yang diberi oleh sahabat kita…
Tritunggal DMT, Core Aura, dan Spiritualitas: “DMT adalah fenomena fisik. Ia merupakan zat kimia. Aura, atau seperti yang Bapak sebut inti aura adalah energi yang terkandung didalamnya. Pengalaman spiritual adalah keadaan ‘mistis’ seseorang yang sedang mengalami ‘suntikan alami’ DMT. Ini semacam tritunggal – ada satu, ada tiga-tiganya.
“Dengan latihan-latihan meditasi yang ‘benar’, dimana seorang pelaku tidak menjadi arogan dan angkuh, tapi menjadi penuh kasih, peduli terhadap sesama, dan ceria – kelenjar pineal akan menjadi aktif dan memicu produksi DMT.
“Kemudian, kelenjar pineal menyebarkan DMT itu ke seluruh tubuh dan mempengaruhi inti aura manusia. Hasilanya adalah spiritualitas, mistisisme, pembangkitan kundalini, atau disebut apa saja…”
Bagaimana?
Sangat menarik bukan!
Bagi Anda yang masih tertarik, silahkan buka lembaran demi lembaran buku “Kearifan Mistisisme – Panduan untuk Menyelaraskan Diri dengan Semesta dan Menyerap Suara yang Maha Ada” untuk mendapatkan pemahaman yang utuh.
==
Sumber ;
Judul Buku : “Kearifan Mistisisme – Panduan untuk Menyelaraskan Diri dengan Semesta dan Menyerap Suara yang Maha Ada”
Penulis : Anand Krishna
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2015