Anand Krishna Kupas Tentang “Defisiensi DMT dan Dampaknya” dalam Buku Kearifan Mistisisme
Di dalam buku “Kearifan Mistisisme – Panduan Untuk Menyelaraskan Diri Dengan Semesta Dan Menyerap Suara Yang Maha Ada” Anand Krishna banya berbicara tentang DMT dan dampaknya bagi perjalanan spiritual seseorang dan juga pada kehidupan pada umumnya.
Salah satu hal menarik yang Beliau bahas dalam buku tersebut adalah terkaity dengan Defisiensi DMT dan Dampaknya.
Mari coba kita simak apa yang coba beliau jelaskan dalam kutipan buku “Kearifan Mistisisme – Panduan Untuk Menyelaraskan Diri Dengan Semesta Dan Menyerap Suara Yang Maha Ada” berikut ini . . . . .
“Ketika saya menemukan bahwa DMT menentukan
kemanusiaan dalam diri manusia, maka saya pun
menemukan penawar bagi sifat – sifat hewani.”
Penemuan sahabat kita ini penting sekali: DMT sebagai “penawar” bagi sefat-sifat hewani. Sebagian pemikir modern berpendapat bahwa manusia mesti dibiarkan hidup secara alami, “seperti leluhurnya, seperti manusia gua zaman dahulu. Makanan mereka adalah yang paling cocok bagi manusia.”
Kemudian, para pemikir modern yang berpendapat demikian menciptakan dua aliran yang saat ini sedang popular:
Pertama: Aliran Konsumen Raw Food
Alias sayuran mentah. Tidak perlu kaget, di kepulauan Nusantara sebagian masakan memang raw, hanya diseduh, misalnya karedok, lalapan, gado-gado, dan sebagainya.
Berbeda dengan penganut modern aliran raw food, kita tidak setiap hari makan gado-gado, kredok, atau sekadar lalapan. Ada juga sayur yang ditumis, dioseng-oseng, dan sebagainya.
Kita tidak seperti para penganut modern aliran raw food yang menganggap segala sesuatu yang dimasak adalah junkfood.
Ke dua: Aliran Caveman atau Paleolithic Diet
Penganut aliran ini berpendapat bahwa menu utama kita semestinya daging—daging segala macam hewan termasuk ayam, ikan, dan sebagainya.
Dalil caveman atau manusia gua: yang menjadi menu utama leluhur kita adalah menu yang terbaik bagi kita.
Tampak berbeda, tapi sesungguhnya penganut kedua aliran teresebut sama-sama ingin memutar balik jarum jam evolusi. Dua-duanya tidak sepenuhnya memahami peran kelenjar pineal dan DMT yang membedakan kita dari leluhur kita dan membedakan spesies kita dari spesies lainnya.
Jika pilihannya antara kedua diet di atas, maka jelas raw food lebih sehat , tetapi tidak perlu fanatic. Seperti yang telah kita bahas dalam buku Sanyas Dharma, kebanyakan sayuran mentah menambah unsur angin di dalam diri Anda. Dalam Bahasa Ayurveda, ilmu kehidupan dan medis kuno disebut vatta, yang bisa mempengaruhi karakter Anda dan membuat Anda menjadi pemimpi yang sibuk bermimpi. Tidak satu pun impian itu menjadi kenyataan.
Diet Vegetarian Moderat adalah yang terbaik bagi “kesehatan’ kelenjar pineal. Hindari daging, segala maca, daging, termasuk daging ayam dan ikan. Jangan menghentikan telur ayam, biarlah badan Anda menyesuaikan diri dengan perubahan diet. Kemudian, dalam waktu enam bulan secara berangsur berhentilah mengonsumsi telur. Tentunya mesti ada pengganti protein nabati. Soal gizi, Anda mesti berhati-hati. Jika tidak yakin, lebih baik berkonsultasi dengan seorang dokter ahli gizi.
Pengaruh diet terhadap kelenjar pineal sungguh sangat besar dan penting. Ini tidak dapat diabaikan. Khususnya terhadap “kesehatan” kelenjar itu sendiri.
Protein yang Berlebihan, khususnya “protein hewani”, mengeraskan kelenjar pineal. Ia menjadi tidak elastis. Kelenjar pineal yang mengeras seperti itu dapat dilihat beberapa jenis amphibia, antara lain kodok. Benjolan keras di dahinya adalah kelenjar pineal yang “masih keras”, belum elastis.
Dengan kelenjar pineal sekeras itu, seekor kodok tidak memiliki insight atau intuisi. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Seperti dalam eksperimen psikologi yang sangat popular: ketika seekor kodok yang masih hidup dimasukkan ke dalam panic berisi air dan dimasak secara perlahan—peningkatan suhunya diatur—maka ia tidak merasakan bahwa dirinya sedang direbus dan sesaat lagi akan mati. Ia memiliki kesempatan untuk melompat keluar dari panic itu. Tidak ada yang melarang atau menghadangnya. Tetapi, karena ia tidak memiliki intuisi, kelenjar pinealnya keras. Ia tidak merasakan “apa yang sedang terkadi pada dirinya”.
Sebaliknya, ia memliki insting yang cukup tinggi. Ia bisa merasakan keberadaan seekor nyamuk “di sekitarnya”. “Wah, lunch time!”
Konsumsi Protein Hewani membuat kelenjar pineal kita bisa sekeras kodok. Kita menjadi tidak peka terhadap apa yang sedang terjadi pada dan di dalam “diri” kita. Kesadaran kita mengalir keluar.
Marilah kita berhenti “berpikir positip” bahwa dengan kelenjar pineal yang keras kita masih bisa menemukan jatidiri. Tidak, tidak bisa.
Diet vegetarian adalah sayarat utama bagi setiap pelaku spiritual. Sesungguhnya, protein banati dan biji-bijian, kacang-kacangan dan berbagai macam lentils atau dal (semacam kacang-kacangan yang adalah makanan poko di India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Nepal, bahkan beberaoa begara di Timur Tengah), dan sebagainya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan protein. Selain itu, protein nabati juga ramah terhadap kelenjar pineal.
Kelenjar pineal memiliki intelegensia untuk menolak suplai protein nabati jika memang sudah cukup dan melebihi kebutuhannya. Maka tidak terjadi penimbunan protein yang dapat mengeraskannya.
Tidak demikian dengan protein hewani, yang dapat menumpilkan kelejar pineal, sehingga ia tidak dapat menolaknya. Maka, terjadilah pengerasan yang sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan spiritual dan peningkatan kesadaran diri.
Berita Baiknya…..
Kawan kita menjelaskan , “Sekeras apap pun kelenjar pineal karena timbunan protein hewani, hanya dibutuhkan diet vegetarian selama 21 hari untuk memulai proses pelunakannya. Setelah 21 hari, proses alami pelunakan akan berjalan terus, asal yang bersangkutan tidak merubah diet dan tetap vegetarian.
“Memang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengembalikan elastisitasnya. Tetapi, mesti tetap bersyukur, karena kelenjar pineal jarang mengalami kegagalan total sehingga tidak berfungsi lagi.
“Zat lain yang mempengaruhi kelenjar pineal adalah …….
“Fluoride.”
Sudah banyak informasi yang tersebar tentang bahaya fluoride dalam pasta gigi dan air minum. “Ini bukan sekadar isu atau gossip,”kawan kita membenarkan.
“Tubuh kita membutuhkan fluorine alami, organic, yang memang bermanfaat bagi tubuh. Fluorine alami yang diperoleh dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan tidak sama dengan fluoride yang mengandung racun dan berbahaya bagi kesehatan manusia, khususnya kelenjar pineal.
“Para pembela pengguna fluride sering berargumentasi, ‘taruhlah fluoride tidak berguna, tapi tidak mungkin mencelakakan juga. Sebanyak apa konsumsi fluoride kita? Kandungan fluride dalam pasta gigi dan air masih dalam batas aman.’
“Tidak benar. Saya tahu persis risikonya. Mengapa mereka mesti mati-matian membela fluoride? Apa urusannya?
“Konsumsi Fluride Menumpulkan Otak Manusia. Perubahan terjadi secara pelahan, sehingga tidak terdeteksi. Apalagi jika penggunaannya sudah menyebarluas dan mayoritas warga dunia terpengaruh, maka siapa yang bisa membedakan manusia fluoride dari manusia nonflouride?
“Konsumen fluoride kehilangan semangat untuk berjuang. Ia tidak bisa melawan kejahatan, kezaliman, dan ketidakadilan. Mereka gampang menyerah. Mereka menjadi konformis. Apa yang dikatakan, mereka nurut saja.
“Awalnya air bercampur fluoride memang diberikan kepada narapidana di penjara, supaya mereka tidak bersuara. Supaya mereka menerima segala ketidakadilan yang terjadi dalam penjara.
“Fluride juga digunakan ntuk melemahkan otak manusia, sehingga ditanya apa pun dia akan langsung menjawab tanpa mencerna pertanyaan dan jawabannya. Kemampuan otak sebagai alat proseccing menurun drastic.
“Pengguna fluoride memang manusia ideal di mata mereka yang ingin menguasai dunia. Ini adalah perbudakan modus baru, di mana kita digunakan sebagai senjata untuk ‘membunuh’ keberanian dan nyali manusia.
“Fluoride berdampak terhadap seluruh kinerja otak, termasuk tentunya kelenjar pineal.
“Dampak Timbunan Fluoride di Kelenjar Pineal persis persis seprti timbunan protein hewani: fluoride juga memperkeras kelenjar pineal. Alhasil: Kelenjar Pineal tidak berfungsi lagi.
Seorang anak manusia yang mengalami, atau lebih tepatnya ‘menderita’, timbunan fluoride di kelenjar pineal – nya tidak mampu mengakses lapisan-lapisan kesadaran tinggi di dalam dirinya. Ia hidup di permukaan saja, dan permukaan itu adalah dunia benda. Ia tidak mampu mengaksesrohnya, batinnya.
Ia seperti layangan putus. Tanpa pengendali, ia mengikuti arus angin. Anehnya, dalam keadaan itu, ia merasa bebas. Padahal, kebebasannya bersifat sesaat dan bersyarat. Sesaat lagi riwayatnya berakhir. Adakah mereka tahu dan/atau peduli?
“Bagi para penguasa tak bermoral yang hanya memikirkan kekuasaan, kedudukan, dan kursi, fluoride adalah zat ajaib dan sebuah berkah. Dengan mudah ia dapat menguasai dan memperbudak seluruh rakyat dengan cara meracuni air minum dengan fluoride.”
Bahaya Perbudakan Baru
Sahabat kita menjelaskan: “Bahaya perbudakan dengan modus operandi baru dengan menggunakan kimia, periklanan, dan berbagai cara lain untuk memanipulasi pikiran manusia ini jauh lebih berbahaya dari perbudakan yang terjadi di masa lalu.
“Seorang yang sudah teracuni oleh fluoride, protein hewani, dan sebagainya—kemudian, jaringan syarafnya dan daya pikirnya pun sudah terpengaruh oleh berbagai metode manipulasi pikiran – akan mengalami perubahan nyata dalam building blocks of life, yakni DNA.
“Keturunan yang dimilikinya dalam keadaan itu akan mewarisi ketumpulan otak, kelemahan daya piker, dan kepengecutannya. Berarti, secara turun-temurun kita akan melahirkan masyarakat yang tidak sadar bahwa dirinya diperbudak. Mereka lahir, hidup, dan mati dalam perbudakan.”
Sesungguhnya masih banyak lagi yang Beliau ceritakan. Yang telah dan saya sampaikan lewat coretan-coretan dalam buku ni tidak lebih dari 10% saja.
Setelah mendengar penjelasan-penjelasan Beliau, saya sempat depresi berat selama berhari-hari.
Dampak Pemanis Pengganti Gula dan Penyedap
Siapa yang tidak menggunakannya? Sulit menemukan makanan tanpa penyedap dan pemanis tiruan. Bukan hanya MSG atau pemanis pengganti gula, sesungguhnya kecap dan garam pun sudah termasuk dalam kategori pemanis dan penyedap.
“Pada dasarnya,” sahabat kita menjelaskan, “setiap pemanis, penyedap, dan lain sebagainya membohongi otak kita. Ini supaya masyarakat umum bias memahami cara kerjanya dengan mudah. Ya, semuanya itu membohongi otak kita.
“Sesuatu yang tidak sedap terasa sedap karena tambahan penyedap. Sesuatu yang tidak manis terasa manis karena ditambahkan pemanis pengganti gula.
“Yang merasakan itu adalah otak. Jadi, otak dibohongi, diberi bahan kimia yang terasa manis, terasa sedap. Dan, dia mempercayainya.
“Dalam hal itu, penyedap organik dan alami seperti kecap dan garam hanya menipu-nipu sedikit, sedangkan MSG dan pemanis pengganti gula betul-betul membohongi otak kita,
“Celakanya, sekarang banyak produsen kecap pun menambahkan penyedap sejenis MSG dan pemanis buatan. Berarti kita mesti jeli membeli produk yang masih relative ‘jujur’.
“Otak yang bisa dibohongi oleh penyedap dan pemanis tiruan akhirnya mengalami kerusakan. Kerusakan ini terjadi secara bertahap, sehingga sulit dideteksi. Seorang yang berlebihan menggunakan MSG, dalam 40an tahun setelah pertama kali menggunakannya sudah menjadi pikun. Awalnya tidak terasa, ‘lupa menaruh kunci, lupa mobil sudah dikunci atau belum, lupa pintu gerbang sudah digembok atau belum.’
“Lama-lama, ia menderita Alzheimer, amnesia, dementia, dan berbagai macam penyakit lainnya. Itu physically, secara fisik. Mentally dan emotionally lebih-lebih lagi. Otak yang mudah dibohongi, ditipu, dapat ditaklukkan dengan sangat mudah. Otak seperti itu adalah otak budak. Tidak memiliki kekuatan apa-apa kecuali mengurusi badannya saja.
“Apa pun yang Terjadi pada Otak mempengaruhi kelenjar Pineal. Otak yang lemah jaringan syaraf yang mulai mengeras dan kehilangan fleksiilitasnya mengeraskan kelenjar Pineal.
“Dengan kelenjar pineal yang keras, manusia tidak lebih baik dari hewan. Sepanjang hari memikirkan makan, minum, tidur, seks, dan keselamatan dirinya sendiri saja. Dia bisa saja menjadi dokter, pengacara, pejabat tinggi negara, pengusaha, insinyur – menjadi apa saja, setinggi apa pun Pendidikan, dan gelarnya diperoleh dari mana saja – namun dia tidak dapat memikirkan sesuatu yang lain di luar makan, minum, tidur, seks, dan keselamatan diri. Persis seperti hewan, yang kelenjar pinealnya memang keras sejak lahir.
“Taka da rasa empati dalam diri orang-orang seperti itu. Mereka pembunuh berdarah dingin. Banyak pemilik perusahaan-perusahaan besar saat ini memiliki kelenjar pineal sekeras batu. Ara pejabat pun sama. Kekacauan yang terjadi di dunia ini karena hal itu.”
Bagaimana?
Menarik sekali bukan!.
Bagi yang masih ingin mendalami, bisa langsung membaca buku “Kearifan Mistisisme – Panduan Untuk Menyelaraskan Diri Dengan Semesta Dan Menyerap Suara Yang Maha Ada” buah karya Anand Krishna tersebut.