Artikel di bawah ini bersumber dari spiritual Anand Krishna yang berjudul “Menetralisir Dampak Zaman Kali Yuga melalui Makanan (by Swami Anand Krishna)” dimana video tersebut berikan banyak nasehat yang sangat penting bagi para pejalan spiritual.
Mari sama-sama kita simak apa yang Beliau sampaikan, semoga kita bisa mengimplementasikan apa yang Beliau sampaikan.
Di Malur, Mysore tinggal seorang brahmana dan istrinya yang saleh. Mereka berdua selalu melakukan sadhana untuk menjaga kesadaran mereka. Pada suatu hari seorang Sanyasi bernama Nityananda bertemu dengan sang brahmana dan kemudian oleh sang brahmana diundang besok malamnya untuk makan malam di rumah sang brahmana.
Akan tetapi pada keesokan harinya istri sang brahmana medadak sakit, dan seorang tetangga menawarkan diri untuk memasakkan makanan untuk keperluan makan malam.
Acara makan malam berjalan lancar, hanya sang sanyasi mengalami peperangan batin. Pada saat makan timbul keinginan kuat sang sanyasi untuk mengambil cangkir perak yang berada di dekat piring makanan. Pada saat tuan rumah sedang lengah, dia menyembunyikan cangkir perak tersebut ke dalam jubah yang dipakainya.
Sang sanyasi, ternyata tidak bisa tidur semalaman. Hati nuraninya mengingatkan dia berulang kali. Mantra sadhana dan Guru Puja yang rutin dilakukannya membuatnya bersedih dan muncul rasa penyesalan yang sangat besar.
Esok paginya, sang sanyasi bergegas ke rumah sang brahmana dan bersujud di kaki sang brahmana. Dia mohon maaf dan mengembalikan cangkir perak yang diambilnya sambil menangis. Para murid brahmana bingung bagaimana mungkin seorang sanyasi berbuat hal yang memalukan. Seorang sahabat sang brahmana menanyakan siapa yang masak makan malam pada hari itu. Setelah ditelusuri ternyata tetangga yang membantu memasak adalah seorang pencuri. Kecenderungan mencuri mempengaruhi makanan yang disajikannya.
Itulah sebabnya para sadhaka, penggiat spiritual yang ingin melakukan perjalanan ke dalam diri hanya makan yang dimasak oleh para murid ashram.
Makanan Bisa Membuat Seseorang Menjadi Materialistis atau Menjadi Penuh Cinta Kasih
Kita semua hidup dalam satu masa yang disebut kali Yuga. Kali yuga ini berarti segala sesuatu dalam masa ini, dikuasai oleh uang, oleh harta, oleh korporasi. Oleh pedagang, oleh pengusaha. Bagaimana membebaskan diri kita dari pengaruh yang negatif, karena kita semua butuh uang. Kita butuh uang, butuh hidup tapi bagaimana caranya agar tidak memikirkan uang melulu. Tidak selalu hanya memikirkan uang saja. Apakah mungkin atau tidak mungkin?
Lagu tadi mengatakan mungkin. Kita butuh materi tapi tidak menjadi materialis. Caranya kita selalu berfokus pada kemuliaan, ketuhanan, dalam diri. Kita bekerja selalu fokus kita pada kemuliaan dalam diri.
Makanan yang kita makan ini penting sekali. Pengaruh dari makanan itu penting sekali. Di Indonesia sampai dengan 50-60 tahun yang lalu, kebanyakan kita masih masak di rumah. Tidak makan di restoran melulu. Di Barat pun 70-80 tahun yang lalu, masih makan di rumah. Dulu kalau kita lagi travelling, kita lagi jalan ke mana atau di rumah tidak bisa masak karena suatu hal, baru kita ke restoran.
Kita maakan di rumah, sudah makan 1 piring nasi, yang memasak ibu, kita minta kepada ibu, ibu saya masih lapar, boleh minta lagi? Ibu dengan senang hati memberikan.
Kalau di restoran minta tambah bagaimana? Bayar dulu. Di luar kalau kita makan di restoran. Tujuan restoran apa? Tujuannya cari uang kan? Mereka tidak masak penuh cinta, tidak penuh kasih. Kalau di rumah ibu kita masak dengan penuh cinta penuh kasih. Di restoran tujuan mereka bukan penuh cinta, bukan penuh kasih.
Kalau kita makan, masakan yang dimasak dengan penuh cinta. Vibrasi cinta yang kita peroleh. Kita makan masakan yang hanya untuk mencari uang, vibrasi materialistik yang kita peroleh. Pilihan di tangan kita.
Mau bagaimana? Mendingan makan 2 kali saja. Pagi masih bisa masak, sore masih bisa masak, daripada makan 3 kali, dan makan masakan di restoran, yang hanya dimasak untuk mencari uang. Kalau kita ke ashram, di manapun ashram di India. Sambil memasak, para tukang masak menyanyikan bhajan. Sambil masak itu feelingnya adalah mempersembahkan, masakan ini kepada Hyang Widhi. Kepada Tuhan. Masakan itu menjadi sangat luar biasa. Menjadi prasadam, lungsuran. Jadi makan apa pun di ashram itu minum air pun itu adalah prasadam. Lungsuran yang sudah diberkati.
Itulah mengapa untuk menghilangkan, mengeliminasi, dengan cara itu kita bisa bebas dari pengaruh Kali Yuga. Makanan penting sekali. Jaga makanan, jadi anak-anak di sini kalau sudah menjadi besar, ingat kalau mau anak-anak kalian mu tetap spiritual, tidak materialis, berikan makanan yang dimasak sendiri. Lebih bagus masak pagi satu kali masak 2 macam, 3 macam masakan dan dimakan sepanjang hari. Walau baiknya masak langsung dimakan, tapi kalau nggak punya waktu, lebih bagus begitu dari pada makan di luar.
Karena makanan ini pengaruhnya nggak bisa dihilangkan dengan cara lain. Kalau makanan sudah materialis, pengaruh luar juga materialis, bertambah vibrasi-vibrasi materialis. Jaga-jaga dengan makanan. Sambil masak ibu-ibu di rumah, bapak-bapak yang suka masak, jangan ngoceh, jangan menggerutu. Sambil masak itu kalau perlu pasang tape di sana. Sekarang mp3 kan murah. Seratus, seratus dua puluh lima ribu dapat. Pasang tape lagu-lagu bhajan, pujian kepada Tuhan. Ibu-ibu coba coba perhatikan kalau anaknya kurang rajin atau tertinggal pelajarannya, dengan cara itu dalam 2-3 bulan anak akan lebih rajin di sekolah. Impact dari pengaruh masakan pun dalam 2-3 bulan sudah langsung akan kelihatan.