Mau Kaya Cara Instan? Berikut Ini Tips Dari Anand Krishna
Anand Krishna tokoh spiritual humanis Indonesia, kembali di dalam suatu kesempatan berkenan berbagi pengetahuan spiritual. Kali ini Beliau membahas tentang cara instan menjadi kaya. Ingin mengetahui lebih jauh apa yang Beliau sampaikan silahkan simak dalam video yang berjudul “Cara Jadi Kaya Dalam Sekejap” besama Anand Krishna
Di dalam buku “Total Success: Meraih Keberhasilan Sejati”, Anand Krishna juga membangikan cara sukses secara holistik dalam kerangka spiritual, dimana Beliau banyak memberikan tips sukses. Berikut ini sedikit kutipan dari dalam buku “Total Success: Meraih Keberhasilan Sejati”, semoga bisa memberikan pemahaman dalam menggapai kesuksesan yang holistik.
Kebiasaan adalah kekuatan kosmis. Bukan sekadar kekuatan, tetapi kekuatan kosmis, kekuatan alam. Karena, kebiasaan-kebiasaan kita menentukan “alam-kecil” kita. Dalam budaya Nusantara, kita mengenal dua macam alam, Alam Agung dan Alam Alit – Alam Besar dan Alam Kecil.
Alam Besar adalah alam sekitar kita, di mana kita lahir, hidup dan mati untuk meneruskan kehidupan dalam bentuk-bentuk lain. Alam kecil adalah alam yang tercipta oleh kebiasaan-kebiasaan kita, oleh perbuatan kita, oleh ucapan serta pikiran. Inilah alam yang kemudian menjadi sifat kita.
Ada kalanya, alam kecil “dalam” diri kita, tidak sesuai dan selaras dengan alam besar di “luar” diri kita. Karena itu, terjadilah gesek-gesekan yang menciptakan konflik, ketegangan, dan benturan. Penyakit adalah salah satu akibat dari benturan semacam itu.
Alam Kecil dan Alam Besar sekarang banyak dibicarakan di Barat. Bahasa kerennya adalah Micro Cpsmos dan Macro Cosmos. Pemahaman tentang kedua istilah tersebut sungguh beragam, tergantung siapa yang mendefinisikannya. Pemahaman Hill sangat dekat dengan pemahaman kita sendiri di kepulauan Nusantara:
You are where you are and what you are
because of your established habits,
thoughts, and deeds.
Kau berada di mana dan menjadi apa
karena kebiasaan-kebiasaanmu,
pikiranmu, dan perbuatanmu.
Lebih dari pikiran dan perbuatan, kebiasaan-kebiasaan kitalah yang membentuk diri dan sifat kita. Bila pikiran tidak di-”kerja”-kan, tidak diterjemahkan dalam bentuk tindakan, ia tidak menjadi kebiasaan.
Kebiasaan adalah akibat dari tindakan yang berulang-ulang. Pikiran tidak bias langsung menjadi kebiasaan. Kendati demikian, sesungguhnya pikiran pula uyang menjadi faktor utama, karena dari rahimnyalah lahir tindakan atau perbuatan.
Pikiran yang kacau dan tidak terfokus menyebabkan tindakan yang kacau dan tidak tepat. Sebaliknya, pikiran jernih dan terfokus menyebabkan tindakan yang tepat. Kemudian, bila tindakan-tindakan itu diulangi terus, terciptalah kebiasaan.
Seorang anak kecil awalnya mencuri karena iseng, atau karena belum sadar bahwa tindakannya tidak tepat. Bila ia tidak diarahkan, tindakan tersebut menjadi kebiasaannya.
Pola piker tertentu seperti “Ah, itu sulit”, “Ah, itu mah nggak mungkin”. Jangan-jangan…” menghasilkan tindakan yang sesuai dengannya, dengan hasil yang tidak memuaskan. Bila pola piker seperti itu tidak segera diperbaiki, tindakan kita salah melulu, dan kesalahan dalam hal bertindak menjadi kebiasaan kita.
Karena urusan agama, kita sudah sering melakukan pembunuhan. Tetapi, pemahaman kita tentang arti esensi agama tetap saja semrawut, maka “pembunuhan atas nama agama” menjadi kebiasaan kita. Dari kebiasaan-kebiasaan seperti itulah kemudian lahir seorang tokoh yang bahkan membenarkan kebiasaan tersebut (jelas, karena itulah induknya) dengan menghadiahi pelakunya dengan janji surga lengkap dengan sekian banyak peri.
Kita boleh tidak melakukan pembunuhan seperti itu, tetapi bila kita tidak bertindak untuk menyudahinya, maka terciptalah kebiasaan baru yang lain, yaitu kebiasaan menerima penindasan atas nama agama, kebiasaan untuk ditindas terus. Ini pun salah.
“Ah, tapi itu bukan urusan kita…. Kita kan orang dagang, asal bisa dagang, bisa cari makan, ya sudah. Kita nggak usaha deh main politik segala. “Kebiasaan seperti ini pun keliru. Kita tidak sadar bahwa usaha kita tidak dapat dipisahkan dari faktor keamanan yang dikacaukan oleh para pelaku pembunuhan keji seperti itu.
Ada pula yang menyahut, “Saya mau bicara, tapi siapa yang mau dengar?” Ini adalah kebiasaan orang yang tidak mau mengambil risiko, orang yang percaya pada solusi instan. Ini adalah kebiasaan orang-orang malas. Pujangga besar India, Swami Vivekananda selalu berkata: “Setiap tindakan baik awalnya sering ditolak, kemudian dihujat, terakhir baru diterima.”
Ketika kita mulai mengumpulkan petisi untuk penghapusan kolom agama dari KTP, hanya segelintir orang yang mendukungnya. Sekarang sudah belasan ribu orang yang menandatanganinya, dan jumlah itu bertambah terus setiap hari.
Siapa yang menolak dan tidak mendukungnya? Para politisi yang tidak percaya diri dan selalu menggunakan agama sebagai alat politik mereka. Sayangnya, para pendukung mereka tidak tahu bahwa kepercayaan diri mereka dirampas secara bertahap.
Pikiran cemerlang menjadi cemerlang karena ia bukanlah hasil pemikiran yang biasa. Tidak heran, bila pikiran-pikiran lain yang tidak cemerlang menolaknya dengan gigih. Mata mereka silau menatap buah pemikiran yang cemerlang. Percayailah keberhasilanmu, yakinilah kecemerlangan pikiranmu. Bertindaklah sesuai dengan pikiranmu itu. Ciptakan kebiasaan baru yang cemerlang.
Awalnya, barangkali kita menjadi tidak popular. Di anatar sekian banyak warga Mekkah, awalnya hanya segelintir orang yang menaruh simpati terhadap pemikiran nabi Muhammad. Berapa banyak orang yang mengikuti Yesus ketika masih berada di tengah kita. Gandi pun awalnya bukanlah sosok populer.
Jangan tergantung pada popularitas. Jangan bersandar pada dukungan public. Bertindaklah sesuai dengan pikiranmu yang jernih. Biasakanlah dirimu untuk selalu berrindak seperti itu, untuk selalu mengikuti kata hati. Kau pasti berhasil!
Bila kita tidak percaya diri dan selalu was-was, kita akan hidup dalam rasa was-was itu untuk selamanya. Bila kita tidak puas dengan pola hidup seperti itu, mari kita lakukan pemberontakan terhadap diri sendiri, “Cukup sudah, enough is enough. Sekarang, aku muak dengan pola hidup seperti ini. Sekarang dan saat ini juga, aku meninggalkan pola hidup itu. Sekarang dan saat ini juga, aku berubah.”
Kau seorang Arya, Mulia. Kau Dewata, Divine. Demikian pula setiap orang di sekitarmu. Demikian pula alam semesta – semuanya mulia. Dengan pemikiran seperti inilah, kau dapat mengakses sumber keilahian di dalam dirimu. Bangkitlah, raihlah apa yang sudah ditakdirkan bagimu!
Pelajarilah tanda-tanda kemuliaan yang ada di sekitarmu. Badanmu sudah berusia 20, 30, 40, atau barangkali 50, 60, 70 tahun. Di dalam dirimu itu entah ada kekuatan sedahsyat apa. Berapa besar tenaga kuda yang kau miliki. Sekuat-kuatnya baterai, bsa bertahan hingga berapa bulan saja. Namun, baterai hidupmua bias bertahan hingga bertahun-tahun. Apalagi baterai matahari, entah berapa milyar tahun!
Dengan kekuatan sedahsyat itu, kau masih menganggap dirimu lemah? Sungguhn memalukan. Berhentilah menghujat diri. Berhentilah meremehkan pemberian alam yang sangat berharga. Hargailah dirimu. Bila kau tidak menghargai diri, prang lain pun tak akan menghargaimu.
Imam besar Al Ghazali mengatakan bahwa dalam diri setiap orang ada kerasulan. Kita semua rasul, kita semua khalifah. Bumi ini diamanahkan kepada kita Bersama makhluk-makhluk lainnya, Bersama tumbuh-tumbuhan dan bebatuan. Adakah kita meragukan hal ini?
Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah ada di dalam diri kita. Saying sekali kita masih mencari kerajaan Allah di Surga entah mana! Surge adalah semesta ini, karena surge adalah di mana Allah berada. Dan, Allah berada dimana-mana.
Neraka adalah ciptaan pikiran kita yang tidak percaya, pikiran yang tertutup, pikiran yang menutupi kesadaran diri. Bebaskan dirimu dari neraka sekarang dan saat ini juga, kau bias.
Seorang motivator melemahkan jiwa kita dengan gambaran neraka yang begitu dahsyat. Para pemimpin dan pejabat kita pun mempercayai gambaran itu, maka terciptalah bangsa yang lemah dan penakut. Kelemahan ini mesti diatasi. Kebiasaan ini mesti disudahi. Sekali lagi, kita bisa.
Seorang teman bertanya,: “Terdengar mudah, tapi sangat sulit…… Pikiranku sulit dikendalikan. Ia melemah, melemah lagi.”
Dari dulu pun demikian. Ya, sekarang barangkali lebih mudah sedikit. Kenapa? Karena, kita sudah cukup lama menggunakan pikirean dan tidak menggunakan kesadaran kita untuk mengendalikannya.
Kita adalah generasi computer. Sejak revolusi computer, kita sudah tidak banyak menggunakan pikiran. Otak kita sudah berkarat. Saya tidak menganjurkan kita kembali ke zaman batu. Sama sekali tidak. Silakan menggunakan computer sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti otak dan pikiran.
Jangan tergantung pada apa saja informasi yang Anda peroleh lewat internet. Gunakan analisis Anda sendiri. Gunakan daya piker Anda sendiri. Gunakan daya piker Anda sendiri untuk menganalisa dan menentukan apakah informasi yang Anda peroleh itu benar atau tidak.
Sering-seringlah membaca dari pada nonton televisi. Kebiasaan itu akan megembangkan daya piker, imajinasi, dan kreativitas ANDA.
Sering-seringlah berjalan kaki untuk mengimbangi waktu yang Anda gunakan dalam kendaraan bermotor.
Saya sering mengkritik kebiasaan baru pengrajin biasa untuk made to order, membuat sesuai dengan pesanan saja. Ada pesanan patung bebek, semua pengrajin membuat patung bebek. Ada pesanan dolphin, semuanya membuat dolphin. Ini akan mematikan kreativitas pengrajin. Generasi penerus para pengrajin yang masih tersisa tak akan mampun menruskan kreativitas leluhur mereka. Kebiasaan yang mematikan ini mesti ditinggalkan segera. Sekarang, dan saat ini juga.
Menyontek dan berkreasi, kedua-duanya adalah kebiasaan. Kebiasaan yang satu menggantikan yang lain. Menyontek menghidupkan otak kiri, berkreasi menghidupkan belahan otak kanan. Semestinya kedua belahan itu sama kuatnya. Dalam keseharian hidup, sudah banyak hal yang bersifat tiruan. Belahan otak kiri kita pasti hidup, tidak perlu kerja keras untuk itu. Setiap orang yang menggunakan computer sudah pasti menyalakan bohlam-bohlam yang ada di dalam otak kirinya. Sekarang, nyalakan bohlam-bohlam di otak kanan.
Bagi seorang penjual minuman di pinggir jalan, tantangannya adalah menjual minuman begitu saja. Tetapi menambahkan sesuatu supaya ada nilai tambahnya. Untuk itu, dia membutuhkan bantuan otak kanan.
Tambahkan seiris jeruk limau atau jeruk nipis pada cola yang Anda jual. Sajikan dalam gelas, dan nilainya bertambah seketika. Janganlah puas dengan menjual cola dengan harga yang kurang lebih sudah ditentukan oleh produsen maupun pasar. Tambahkan kreativitas Anda, dan raihlah keuntungan darinya.
Kebiasaan-kebiasaan yang
menunjang kreativitas diri adalah kebiasaan-kebiasaan
yang menguntungkan.
Bagi yang terarik untuk mendalam lebih jauh lagi tentang sukses holistik, silahkan langsung saja membuka lembaran demi lembaran buku “Total Success: Meraih Keberhasilan Sejati“